Seminar Kurikulum & Manajemen TPQ/Madin Se-Kab. Sragen

Dalam rangka pentasharufan dan pendayagunaan dana BAZ Kabupaten Sragen tahun 2010 diselenggarakan Seminar Kurikulum dan manajemen TPQ / Madin se – Kabupaten Sragen. Kegiatan yang menghadirkan pemateri  Dedy Andrianto, S.Pd. ini diikuti oleh 200 utadz bertempat di Ruang Sukowati, Selasa (28/12) dan dibuka oleh Assisten II Sekda Ir. Endang Handayani, MM.
Ketua Panitia H. Agus Suryo Suripto, S.Ag, MH mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk membuat standarisasi manajemen dan kurikulum bagi seluruh TPQ dan Madrasah Diniyah (Madin) seluruh Kabupaten Sragen. Kegiatan yang berlangsung sehari diikuti oleh 200 orang pengasuh TPQ dan Madin dan dengan nara sumber
Dalam sambutannya, Assisten II Sekda Ir. Endang Handayani, MM mengatakan kegiatan semacam ini sangat penting dan starategis. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan pada anak didik TPQ. Karena sampai saat ini belum didapatkan standar baku dalam pengajaran TPQ dan Madin.
Selain itu juga untuk menyatukan langkah dan komitmen untuk membuat kurikulum yang disepakati bersama. Dengan adanya standarisasi serta kurikulum
yang sama diharapkan mampu mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik.
Kepada kementrian agama usai kegiatan ini berakhir diharapkan memantau perkembangan TPQ/Madin di seluruh Sragen. Pemantauan tersebut untuk melihat apakah ilmu tentang kurikulum dan manajemen yang didapat selama pelatihan telah benar diterapkan atau tidak.
Nara sumber kegiatan tersebut Dedy Andrianto merupakan seorang praktisi PAUD, Ketua Litbang Himpaudi Jateng, Motivator serta Pelatih Guru PAUD dari UNICEF di Jateng. dalam kesempatan tersebut memberikan materi Implementasi Hak Anak Sesuai Fitrahnya, akan Menciptakan Pembelajaran Holistik dan Integratif di TPQ/Madin. Pada awal pembicaraan, Dedy mengatakan usia emas perkembangan anak adalah antara 0 – 8 tahun.
Pada awal perkembangan pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran holistik dimana lebih mengutamakan otak holistik. Yaitu fungsi otak kanan dan kiri secara tepat serta menjelaskan hubungan antara materi satu dengan lainnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan.
Pada masa itu perkembangan otak manusia mencapai 80%, dimana perkembangan otak kanan lebih banyak (80%) kemudian otak kirinya 20 %. Jadi untuk dapat memahami anak, seorang ustadz/dzah harus memberikan stimulasi pembelajaran melakui otak kanan dan kiri. Karena otak kanan berkembang lebih banyak, pada masa itu digunakan pembelajaran yang banyak menstimulasi otak kanan.
Pembelajaran yang banyak menggunakan stimulasi otak kanan antara lain dengan bernyanyi, bercerita, menggambar, eksplorasi serta bermain. Sehingga sangatlah normal apabila anak – anak kecil sangat menyukai kegiatan tersebut. Saat mengajarkan pengetahuan tentang Islam misalnya, dapat dilaksanakan dengan bernyanyi. Saat bernyanyi dapat disertai dengan tepuk tangan. (dyn-Sragen News Online)

Scroll to Top